Kendari | Sulawesi Tenggara | Pertanian dan Perkebunan




Sulawesi Tenggara
Kabupaten Kendari, dahulu adalah nama sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Buru di timur, Selat Tiworo di selatan, Kabupaten Kolaka di barat, serta Provinsi Sulawesi Tengah di utara.


Pada tanggal 3 Agustus 1995, Kota Kendari menjadi sebuah kotamadya yang terpisah dengan Kabupaten Kendari. Tanggal 25 Februari 2003, sebagian wilayah Kabupaten Kendari memisahkan diri membentuk Kabupaten Konawe Selatan, dengan ibukota Andolo. Sementara pusat pemerintahan Kabupaten Kendari dipindahkan ke Unaaha. Pada tanggal 19 Oktober 2004, Kabupaten Kendari secara resmi berganti nama menjadi Kabupaten Konawe.


Kondar diri


adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995.


PDRB per kapita Kota Kendari tahun 2004 adalah sebesar Rp 6.920.188,- atau mengalami peningkatan sekitar 15,96 persen dari angka tahun sebelumnya sebesar Rp 5.967.486,-. Peningkatan yang dicapai tahun 2004 jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan PDRB per kapita Kota Kendari yang dicapai tahun 2003, sebesar 6,35 persen.


Sejak tahun 2002 hingga tahun 2004 PDRB Kota Kendari setiap tahunnya memberikan sumbangan sekitar 15 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara. Laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 2001 hingga 2004 rata-rata sebesar 7,36 persen per tahun, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2004 mencapai 9,37 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 5,61 persen. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi ini masih sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu yang sama yang tercatat hanya sekitar 5,38 persen.


Penemu, penulis dan pembuat peta pertama tentang Kendari adalah Vosmaer (berkebangsaan Belanda) tahun 1831. Pada tanggal 9 Mei 1832 Vosmaer membangun istana raja Suku Tolaki bernama TEBAU di sekitar pelabuhan Kendari dan setiap tanggal 9 Mei pada waktu itu dan sekarang dirayakan sebagai hari jadi Kota Kendari.


Pada zaman kolonial Belanda Kendari adalah Ibukota Kewedanan dan Ibukota Onder Afdeling Laiwoi. Kota Kendari pertama kali tumbuh sebagai Ibukota Kecamatan dan selanjutnya berkembang menjadi Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, dengan perkembangannya sebagai daerah permukiman, pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau. Luas kota pada saat itu ± 31.400 km².


Dengan terbitnya Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Jo. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 2 (dua) wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dengan luas Wilayah ± 75,76 Km².


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1978, Kendari menjadi Kota Administratif yang meliputi tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan Kendari, Mandonga dan Poasia dengan 26 kelurahan dan luas wilayah ± 18.790 Ha. Mengingat pertumbuhan dan perkembangan Kota Kendari, maka dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1995 Kota Kendari ditetapkan menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II Kendari, dengan luas wilayah mengalami perubahan menjadi 295,89 Km².


Pertanian
Luas panen tanaman bahan makanan tahun 2005 tercatat 10.739 ton atau naik 16,88 persen dibanding tahun 2004, yang tertinggi adalah ubi kayu mencapai 8.253 ton, menunjukkan peningkatan sekitar 13,55 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 7.268 ton. Produksi jagung sebesar 932 ton yang meningkat 27,15 persen dari tahun sebelumnya sebesar 733 ton. Produksi ubi jalar sebesar 867 ton mengalami peningkatan 46,95 persen dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar 590 ton. Produksi padi sawah 542 ton, mengalami peningkatan 3,44 persen dibanding dengan tahun sebelumnya.


Data produksi buah-buahan pada tahun 2005 tercatat 16.110 kw atau naik 184,33 persen dibanding tahun 2004. Jenis buah-buahan yang mempunyai produksi tertinggi pada tahun 2005 adalah pisang sebanyak 7.576 kw, kemudian kedua pepaya sebanyak 2.572 kw dan ketiga adalah nangka sebanyak 1.374 kw.


Produksi tanaman sayur-sayuran tahun 2005 menurut Kecamatan tercatat 7.320 kw atau turun sebesar 39,14 persen dibanding tahun 2004. Jenis sayuran yang produksinya paling tinggi adalah kacang panjang mencapai 6.326 kw terdapat di semua kecamatan, sedangkan produksi terendah tanaman sayur-sayuran adalah ketimun sebesar 236 kw atau 0,94 persen.


Perkebunan
Pada tahun 2005 untuk jenis tanaman perkebunan rakyat yang dikembangkan di Kota Kendari semua jenis tanaman mengalami peningkatan dari tahun 2004, 3 komoditas yang paling meningkat yaitu kopi dari 39,35 ton menjadi 140,70 ton di tahun 2005 atau naik sebesar 257,56 persen, jambu mete dari 144,58 ton menjadi 641,79 ton atau naik sebesar 344 persen dan kemiri dari 21,95 ton menjadi 67,00 ton atau naik sebesar 205 persen.


Peternakan
Selama kurun waktu 2004-2005 populasi ternak sapi meningkat dari 2.226 ekor menjadi 2.249 ekor atau naik 1,03 persen, ternak kerbau naik dari 23 ekor menjadi 31 ekor atau naik 34,78 persen. Populasi ternak kecil menurut kecamatan selama kurun waktu 2004-2005 adalah ternak kambing meningkat dari 2.204 ekor menjadi 2.471 ekor atau naik 12,11 persen per tahun. Perkembangan populasi ternak unggas selama kurun waktu tahun 2004-2005 naik dari 639.520 ekor menjadi 657.525 ekor atau naik 2,82 persen per tahun.


Jumlah ternak besar yang dipotong dan produksi daging pada tahun 2005 sebanyak 6.149 ekor atau naik sebesar 0,87 persen dari tahun 2004. Jumlah ternak kecil yang dipotong dan hasil produksi daging pada tahun 2005 sebanyak 782 ekor atau naik 13,83 persen dari tahun 2004. Jumlah ternak unggas yang dipotong dan hasil produksi pada tahun 2005 sebanyak 810.833 ekor atau naik sebesar 13,81 persen dibanding tahun 2004. Produksi telur unggas pada tahun 2005 tercatat 1.158.135 butir atau naik sebesar 10,33 persen dibanding tahun 2004.


Perikanan
Perkembangan perikanan di Kota Kendari meliputi perikanan laut (perairan) dan perikanan darat (tambak dan kolam). Pada tahun 2005 luas areal tambak yang terolah tercatat 197 ha atau 74,90 persen dari luas areal potensi tambak, sedangkan luas areal kolam yang terolah tercatat 56.25 ha atau 11,25 persen dari luas areal potensi kolam.


Hasil produksi ikan pada tahun 2005 tercatat 93.98 ton atau naik 4,92 persen dibanding tahun 2004. Hasil produksi ikan tersebut terdiri dari produksi perikanan laut 25.487.74 ton (99,63 persen) dan perikanan darat 93.98 ton (0,37 persen), sedangkan nilai jual hasil produksi perikanan darat pada tahun 2005 sebesar Rp 1.829.1 juta atau naik sebesar 5,99 persen dibanding tahun 2004. Kontribusi nilai hasil tambak 100 persen dari total nilai produksi perikanan darat.

No comments:

Post a Comment