Musa mendapat julukan Kalim Allah yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang dia berdialog dengan Allah, dialog antara seorang hamba yang sangat dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.
Musa bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Kemudian Musa menikah dengan puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki keturunan berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, Ilyas.
Dikatakan dalam kisah Muhammad di perjalanannya menuju Sidrat al-Muntaha, ketika ia sampai di Langit Al-Khaliishah (Keenam), bahwa Muhammad melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar, berambut lebat, memiliki jenggot putih panjang menutupi dadanya, rambutnya hampir menutupi badannya dan sembari memegang tongkat.
Musa diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Ia merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Maneftah yang memiliki julukan Ramses Akbar atau "Thutmosis".
Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah terpengaruh oleh paranormal kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati, kecuali kaum Israel, sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel. Karena cemas, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu dirahsiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan. Kemudian Musa ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki, Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: “Jangan membunuh anak ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak.” Dengan kata-kata dari istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
Kemudian istri Firaun mencari pengasuh, tapi tidak seorang pun yang dapat menyusui Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui. Selepas itu, ibunya sendiri mengajukan diri untuk mengasuh dan membesarkannya di istana Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: “Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata: “Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku.” Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun.” Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama Musa sendiri diberi keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan “sa” adalah tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
Kisah permasalahan di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari tukang sihir firaun dikata bermula disebab satu peristiwa di mana pada satu ketika semasa Musa mengambil meninjau di sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua laki-laki sedang berkelahi, masing-masing di kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa Mesir, Fatun. Melihatkan kegaduhan itu Musa mau mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa lalu mengayunkan satu batu ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya mereka akan menangkap Musa. Disebabkan terdesak, Musa mengambil keputusan keluar dari Mesir. Ia berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi selepas lapan hari, beliau sampai di kota Madyan, iaitu kota Nabi Syu'aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib beberapa lama sehingga menikah dengan anak gadisnya bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami istri di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, akhirnya Musa dan isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari jauh, beliau terlihat api, lalu terfikir ingin mendapatkannya untuk dijadikan obor penerang jalan. Musa meninggalkan istrinya sebentar untuk mendapatkan api itu. Apabila sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan api menyala pada sebatang pohon, tetapi tidak membakar pohon berkenaan. Ini membingungkannya dan ketika itu beliau terdengar suara wahyu daripada Tuhan.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya, bermaksud: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi, bermaksud: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa, maksudnya: “Masukkan tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dekapkan kedua tanganmu ke dada kerana ketakutan....” Tongkat menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa.
Ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali lalu menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah bermaksud: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan, menyebabkan sebagian dari kalangan pengikut Firaun, termasuk istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Manakala istrinya sendiri disiksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari belakang, tetapi semua mereka mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu bermunajat, beliau beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya.Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata: “Maha besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan aku akan menjadi orang pertama beriman kepadaMu.” Sewaktu bermunajat, Allah menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya terperinci segala panduan ke jalan diridhai Allah. Kesepuluh Perintah Tuhan itu mengandung sejumlah pernyataan-penyataan wajib yang secara total lebih dari 10. Tetapi, Kitab Suci sendiri menunjukkan perhitungan "10", menggunakan frase 'aserethad'varim diartikan sebagai 10 kata, pernyataan, atau benda. Agama-agama yang bermacam-macam mengelompokkan pernyataan-penyataan wajib tersebut sehingga menjadi 10 bagian.
Berikut isi sepuluh perintah tersebut: 1. Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku. 2. Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun. 3. Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan. 4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. 5. Hormatilah ayahmu dan ibumu. 6. Jangan membunuh. 7. Jangan berzinah. 8. Jangan mencuri. 9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. 10. Jangan mengingini milik sesamamu (Janganlah mengingini istri, atau hamba laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu)
Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak akan meninggalkan mereka lebih 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10 hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa dengan kelewatan Musa kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuatkan mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka berfikir keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi. Dalam keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat sapi betina dari emas. Dia memasukkan segumpal tanah, bekas dilalui tapak kaki kuda Jibril ketika mengetuai Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Patung itu dijadikan Samiri bersuara.(Menurut cerita, ketika Musa dengan kudanya mau menyeberangi Laut Merah bersama kaumnya, Jibril ada di depan terlebih dulu dengan menaiki kuda betina, kemudian diikuti kuda jantan yang dinaiki Musa dan pengikutnya. Kemudian Samiri menyeru kepada orang ramai: “Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak ada lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari kita sembah anak sapi yang diperbuatkan daripada emas ini. Ia dapat bersuara dan inilah tuhan kita yang patut disembah.”
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Ia marah dengan tindakan Samiri.
Firman Allah: “Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu suatu janji yang baik? Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, kerana itu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku.”
Musa bertanya Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: “Berkata Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri? Samiri menjawab: Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku.”
Kemudian Musa berkata: “Pergilah kamu dan pengikutmu daripadaku, patung anak sapi itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut, sesungguhnya engkau akan mendapat siksa.”
Umat Nabi Musa bersifat keras kepala, hati mereka tertutup oleh kekufuran, malah gemar melakukan perkara terlarang, sehingga sanggup menyatakan keinginan melihat Allah, baru mau beriman. Firman Allah: “Dan ingatlah ketika kamu berkata: Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedangkan kamu menyaksikannya. Selepas itu Kami bangkitkan kamu selepas mati, supaya kamu bersyukur.”
Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan banyak alasan. Mereka juga membelakangi wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan karena mereka takut menghadapi suku Kan’an. Telatah Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu.”
Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah mengharamkan mereka memasuki Palestina selama 40 tahun dan selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi tanpa tempat tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sehingga semuanya musnah. Palestina kemudian dihuni oleh generasi baru.
Bani Israel juga menghina rasul mereka, yang dapat dilihat melalui kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan...”
Ditengah-tengah khutbahnya Musa dihadapan Bani Isroil, ada salah seorang yang bertanya kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada manusia yang paling pandai saat ini. Musa hanya menjawab dialah orang yang pandai dimuka bumi ini. Dengan pernyataan Musa inilah Allah Maha Mendengar siapa yang berkata baik dengan diucapkan maupun tidak. Allah langsung menegur Musa dengan firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamu" Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia sangat terkejut dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku bisa ditemui disuatu tempat yang disebut Majma Al Bahrain". Dari sinilah awal pencarian Musa untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai darinya yang kita kenal dengan Nabi Khidir.
Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan, yaitu Palestina, tetapi beliau tidak sempat memasukinya.
Dalam Al Qur'an surat Al-Qasas: 76-82, disebutkan bahwa ada salah seorang pengikut yang masih sanak famili Musa yang sangat kaya, bernama Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau menyedekahkan hartanya bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Musa tidak dipedulikannya, bahkan ia serng mengejek dan memfitnah Musa.
Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya, Musa memanjatkan doa agar Allah menurunkan azabnya pada diri hartawan itu. Allah lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat. Selain di dalam surah Al-Qasas, nama Qarun disebutkan di dalam surah Al-'Ankabut dan surah Al-Mu’min.
No comments:
Post a Comment